Alkalosis metabolic (kelebihan HCO3-) adalah suatu gangguan sistem yang dicirikan dengan
adanya peningkatan primer kadar HCO3- plasma, sehingga menyebabkan peningkatan pH
(penurunan {H+}). { HCO3-} ECF lebih besar dari 26mEq/L dan pH lebih besar dari 7,45.
Alkalosis metabolic sering disertai dengan berkurangnya volume ECF dan Hipokalemia.
Kompensasi pernafasan berupa peningkatan PaCO2 melalui hipoventilasi akan tetapi tingkat
Hipoventilasi terbatas karena pernafasan terus berjalan oleh dorongan hipoksia
Penyebab alkalois metabolik yaitu akibat kekurangan H+ (dan ion klorida) atau berlebihnya
retensi HCO3- . HCL dapat hilang melalui saluran cerna seperti pada muntah dan penyedotan
nasogastrik yang berkepanjangan atau melalui urine akibat pemberian diuretic simpai atau
tiazid. Alkalosis metabolic yang berlarut-larut akibat pemberian bikarbonat oral atau
parenteral jarang dijumpai karena beban bikarbonat diekskresi kedalam urine (kecuali jika
disertai kekurangan klorida).
Respon kompensatorik segera terhadap alkalosis metabolic adalah buffer intrasel. H+ untuk
menyangga kelebihan HCO3- HCF. K+ berpindah masuk keladam sel sebagai penukar H+
selain itu terjadi sedikit peningkatan produksi asam laktat di dalam sel guna memproduksi
lebih banyak H+. Akibatnya timbul paradox (keadaan yang berlawanan) asidosis ICF dan
alkalosis ECF. Peningkatan pH ditangkap oleh kemoreseptor dalam badan karotis yang
membangkitkan refleks menekan ventilasi alveolar. Tetapi kompensasi pernafasan ini
umumnya cukup kecil. Derajat hipoventilasi dan kenaikan PaCO2 dibatasi oleh kebutuhan
akan oksigen dan jarang melebihi 50-55 mmHg. Koreksi akhir oleh ginjal terhadap alkalosis
metabolic adalah dengan eksresi HCO3- yang berlebihan. Alkalosis metabolic yang berlarut-
larut akibat pemberian bikarbonat tidak mudah terjadi, karena ginjal dalam keadaan normal
mempunyai kapasitas yang besar untuk mengeksresi HCO3- . Hasil riset yang dilakukan Galla
dan Lukey (1987) menunjukkan bahwa penurunan Cl- berperan penting dalam menghambat
eksresi HCO3- oleh ginjal. Teori ini berlawanan dengan teori sebelumnya yang menyatakan
bahwa yang berperan penting adalah penurunan volume ECF dan hiperaldosteronisme
sekunder. Menurut penemuan Galla dan Lukey penurunan Cl- merangsang mekanisme
reninangiotensin-aldosteron, meningkatkan eksresi K+ dan H+ ginjal dan meningkatkan
reabsorbsi HCO3- tanpa bergantung pada kadar Na+ .
Tidak terdapat gejala dan tanda alkalosis metabolic yang spesifik. Adanya gangguan
ini harus dicurigai pada pasien yang memiliki riwayat muntah,penyedotan
nasogastrik,pengobatan diuretic, atau pasien yang baru sembuh dari gagal napas hiperkapnia.
Selain itu dapat timbul gejala serta tanda hipokalemia dan kekurangan volume cairan seperti
kelemahan dan kejang otot. Alkalemia berat (pH>7,6) dapat menyebabkan terjadinya
disritmia jantung pada orang normal dan terutama pada psien penyakit jantung. Apabila
pasien mengalami hipokalemia terutama jika menjalani digitalisasi,maka dapat dijumpai
adanya kelainan EKG atau disritmia jantung. Kadang-kadang dapat terjadi tetani pada pasien
bila kadar CA++ serum berada di atas rendah dan terjadi alkalosis dengan cepat. CA++ terikat
lebih erat dengan albumin pada pH basa dan penurunan ion Ca++ dapat menyebabkan tetani
atau kejang.
Diagnosis alkalosis metabolic ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang mendukung pH plasma meningkat diatas 7,45 dan HCO3-
lebih tinggi dari 26 mEq/L. PaCO3 mungkin normal atau sedikit meningkat. Peningkatan
PaCO2 kompensasi diperkirakan sebesar 0,7 mmHg untuk tiap peningkatan HCO3- sebesar 1
mEq. K+ serum biasanya<3,5 mEq/L dan Cl- serum mungkin <98 mEq/L (alkalosis metabolic
hipokloremik hipokalemik). Pengukuran Cl- urine dapat membantu mengetahui sebab dan
cara penanganan. Pada penderita alkalosis metabolic responsif klorida dengan volume ECF
yang berkurang klorida urine <10 mEq/L. pasien dengan Cl- urine >20 mEq/L umumnya
tidak mengalami alkalosis metabolic resisten klorida.
PENANGANAN